Senin, 10 Agustus 2009

jika kamu

Jika kamu memang yang terindah…..

Jika kamu memang yang tercantik……

Adakah satu tempat untukq?????

Tempat bersanding……tempat bersandar????


Jika kamu tau isi hatiku……

Jika kamu memang telah tau,,,,,

Dan memang ku pun berharap kau telah tau…..

Maukah engkau jalan bersamaku?


Jika, kau mau menerimaq….

Jika, kau ingin menghindari……

Apa yang harus aku perbuat???

Ini rasa karena……jika,,,,,,,

chorus
Jika….jika….kau telah sadar…..

Apa terlambat ku ucap rasa??

Rasa lama yang kupendam….

Aku ingin bersamamu, aku cinta kamu

reff
Jika memang engkau pun mau,

Ragam rintangan tak akan mengganggu…

Jika memang engkau pun mau,

Ku setia sampai ajal menjemputku……

Selasa, 04 Agustus 2009

Hati Nurani Bangsa Menyambut HUT NKRI ke- 64

“Savoir Pour Prevoir!”, merupakan salah satu gagasan yang dapat memperbaiki keutuhan bangsa kita dan mengembalikan kedigdayaan Negara kita. Mengetahui sejarah ataupun hal-hal yang krusial dan mendasar, untuk dapat melihat serta bertindak menuju masa depan yang gemilang yaitu Indonesia Jaya!
Nusantara pernah Berjaya, menunjukan eksistensinya di mata dunia lewat ragam kerajaan yang ada didalamnya. Relasi yang ada didalamnya mengandung ke-khas-an darah Nusantara, yaitu ramah, empati yang mendalam dan guyup-rukun. Dunia lewat beberapa oknum merasa iri dan bukan tidak mungkin bahwa mereka dengan bodohnya merasa terancam dengan ke-erat-an hubungan di Nusantara. Sebagai tindakan lanjutannya adalah mengirim utusan untuk memecah belah dan jika beruntung harus dapat menguasainya entah dalam waktu dekat ataupun panjang.
Hal ini terbukti dengan kedatangan bangsa asing di tanah Nusantara. Kita coba merujuk di Negara kita saja, Inggris, Belanda, sampai Jepang pun pernah menguasai kita dengan memporak-porandakan pondasi khas kita yaitu empati yang mendalam dan guyup-rukun. Bangsa lain yang tidak tercatat secara terperinci pun (seperti cina, dsb) turut ambil bagian dalam memecah dan menghancurkan pondasi kita dengan kebudayaan dan faham khas mereka yang cenderung opportunis.
Kita beruntung memiliki tokoh besar seperti Ir. Soekarno dan tokoh lainnya yang secara mendalam sadar akan potensi bangsa kita. Berbagai upaya yang dilakukan untuk mengembalikan keutuhan dan kesatuan di bumi Nusantara ini. Salah satu klimaksnya adalah proklamasi kemerdekaan yang dikumandangkan 64 tahun yang lalu. Mengapa dikatakan salah satu klimaks, karena anti klimaks yang ada sangat memprihatinkan, dan kita sebagai anak bangsa Indonesia asli Nusantara perlu dengan sadar menunjukan dan melakukan segala daya dan upaya untuk tetap memperkokoh dan jika Tuhan menghendaki, lubang ataupun pengkroposan pondasi bangsa kita dapat kita tambal dan perbaiki hingga kita mampu berdiri kembali sebagai bangsa yang utuh dan kokoh.
Kita perlu berbangga akan kekayaan Sumber Daya Alam bangsa kita, maupun Sumber Daya Manusia yang ada. Namun perlu dan dirasa penting untuk merasa prihatin akan kenyataan yang didapati saat ini. Banyak SDA, bahkan atlit maupun orang pintar di Bumi Pertiwi ini berlarian menuju Negara lain. Ironis memang, bukan memperkaya bangsa sendiri dan memajukan Bumi Pertiwi yang telah mengandung, tetapi memperkaya diri sendiri, bahkan negeri lain dengan mengeksploitasi Bumi Pertiwi. Ini salah satu antiklimaks dari ragam antiklimaks sejak Proklamasi Kemerdekaan 64 tahun yang lalu.
“Rakyat tidak butuh dan tidak mau tahu kebijakan yang ada di dalam ataupun yang dilakukan pemerintahan, yang mereka butuh hanya bisa hidup tenang dengan terpenuhinya Sandang, Pangan, dan Papan.”, apakah pernyataan ini tepat????
Pernyataan di atas adalah salah satu upaya pengkroposan dan pembodohan bangsa kita sendiri. Bagaimana mungkin kebutuhan rakyat terpenuhi jika pemerintahan “bobrok dan cenderung oppurtunis” terus melenggang dengan leluasa. Kemudian apa yang bisa kita lakukan? Reformasi besar-besaran? Sadarilah kawan, reformasi yang cocok pada era-nya belum tentu relevan pada saat ini. Kemudian apa solusi yang ditawarkan? Hal ini akan menjadi jelas ketika pembahasan ini berakhir.
Ternyata belum cukup apa yang dirasakan saat ini. Upaya penggembosan dan pengkroposan pondasi kita terus merajalela. Apa yang mendasari pernyataan ini dapat kita amati apa yang terjadi saat ini disekeliling kita. Kawan jadilah seorang yang peka terhadap sekitarmu. Hal yang besar tidak akan terselesaikan bila hal kecil saja masih tersendat. Budaya korupsi maupun kolusi telah tertanam betul digenerasi pennerus bangsa ini. Boleh saja berkelit, namun bagi yang jujur pasti dapat menyadarinya. Coba kita tengok pendidikan, bagaimana institusi pendidikan kita sangat mengutamakan hasil. Tak pelak uang sogokan ataupun kecurangan tidak akan pernah bisa diberantas. Satu tertangkap masih akanterus bermunculan yang lain. Kita coba beralih ke bidang yang lain, bagaimana proses pemilihan Lurah ataupun perangkatnya, bahkan panitia peringatan Kemerdekaan NKRI yang ke 64 ini sendiri. Usaha tipu dan mencuri telah menjadi bagian kebudayaan kita. Apakah ini dapat dibanggakan???
Perombakan budaya ini perlu dilakukan, dan segera mengambil kebudayaan yang masih banyak tersimpan di Bumi Pertiwi kita yang relevan dengan kondisi saat ini. Salah satu budayawan Negeri ini pernah berkata,”Budaya Bumi Pertiwi yang saat ini tidak relevan dengan kondisi yang ada, belum tentu esok hari juga tidak relevan!” Menurut pernyataan singkat ini, setidaknya kita diajak menyadari akan pentingnya dan sangat kayanya budaya Bumi Pertiwi.
Isu actual yang saat ini tengah diperbincangkan banyak orang adalah kenaikan gaji pegawai negeri, ributnya pemilihan umum legislatif maupun presiden dan wakilnya, dan yang tidak boleh tertinggal adalah tindakan terror bom.
Saya dengan kapasitas seadanya, merasa sangat prihatin dengan keadaan yang ada. Mencoba mengkritisi hal yang pertama yaitu kenaikan gaji pegawai negeri. Setiap kebijakan memang normal terdapat pihak yang pro dan kontra. Namun coba kita refleksikan keberadaan ini. Apakah dengan kenaikan gaji ini kinerja semakin meningkat? Apakah dengan kebijakan ini dapat mencegah tindak curang ataupun kolusi dan korupsi? Dan yang lebih utama adalah apakah dengan kebijakan ini membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih cerah? Banyak argumentasi berkaitan dengan hal ini. Entah hanya merupakan bentuk mekanisme pertahanan diri demi keuntungannya sendiri atau hanya untuk menjatuhkan pihak yang lain demi kepentingan pihak tertentu. Mengapa bukan demi kepentingan Bangsa kita???!!!
Hal yang kedua berkaitan dengan pemilihan umum. Sadarkah kita, dengan makin maraknya perbincangan hal ini makin merendahkan penilaian bangsa kita di mata dunia???? Inikah representasi bangsa yang pernah diperjuangkan oleh Beliau yang sering kita kenang ketika upacara bendera?? Jika ingin benar-benar berbenah diri, banyak solusi sebenarnya yang ditawarkan oleh anak bangsa kita. Masalah DPT (daftar pemilih tetap), bukanlah masalah yang cukup serius jika budaya curang, kolusi dan korupsi tidak lagi menjadi bagian budaya bangsa kita. Meskipun masalah DPT teratasi dengan solusi pencatatan ulang seluruh penduduk Negeri ini dengan system komputerisasi yang sangat terperinci dari sidik jari sampai bentuk rambut, pasti akan muncul kembali permasalahan yang lebih polemic saat implementasi pemilihan umum masih menggunakan kebudayaan curang, kolusi dan korupsi!!!!!
Hal yang ketiga adalah tindakan terror bom. “Kemana saja badan intelejen kita????” ini yang sering diungkapkan oleh banyak orang. Namun kawan, kembali perlu kita sadari bersama terror bom tidak akan pernah ada di Bumi Pertiwi kita, jika kita kembali menegakkan budaya Nusantara yang luhur sebagai pondasi kita. Ada PANCASILA, ada UUD-1945, ini hanya representasi kecil dari Budaya Nusantara kita yang luhur jika kita mau peka dan sadar untuk mencari dan mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari pemakaman, mengapa perlu dibedakan pemakaman bangsa kita sendiri berdasarkan agama?? Bukankah tanah ini tanah seluruh bangsa Indonesia???? Apa arti semboyan Bhineka Tunggal Eka, jika implementasinya seperti itu???!!
Budayawan bangsa kita tak hentinya mengingatkan. “Mimpi besar ataupun kecil, semuanya layak dikejar dengan usaha yang layak. Berlomba dengan diri sendiri, hingga mampu meraihnya pada titik akhir.”, gagasan yang perlu kembali kita ingat adalah MEMBANTU TETANGGA SAMA DENGAN MEMBANTU DIRI SENDIRI, DAN MENJAGA KEUTUHAN KELUARGA SAMA DENGAN MENJAGA KEUTUHAN BANGSA DAN NEGERI KITA! Mari bersama kita majukan Bangsa kita dan kita tunjukan pada dunia bahwa INDONESIA AKAN SELALU JAYA!!!! MERDEKA!!!! SALAM PUTRA-PUTRI BANGSA!!!! MERDEKA!!!!MERDEKA!!!!!!

belajar menulis.....

Demokrasi telah berkumandang di berbagai pelosok negeri tercinta ini. Namun apakah artian sebenarnya demokrasi? Masyarakat umumnya kurang mengerti arti sebenarnya dari demokrasi, sehingga muncul kecenderungan untuk meminta hak setinggi- tingginya namun enggan merasa repot dan melalaikan kewajiban yang diemban. Fenomena ini terlihat pada isu terorisme, tindak anarkis, kenaikan harga BBM, maupun isu aktual lainnya saat ini.
Globalisasi yang sedang marak- maraknya dibicarakan masyarakat luas kini, telah memberikan dampak nyata terhadap Indonesia. Globalisasi merupakan perubahan secara nyata mengenai hubungan antar manusia. Seperti dipaparkan oleh Dr. B.A. Pareira, O.Carm dalam buku PENDIDIKAN NILAI DI TENGAH ARUS GLOBALISASI, hubungan yang berubah tidak hanya personal, melainkan mencakup hubungan perdagangan, ekonomi, politik, bahkan religius. Sehingga cara- cara berkomunikasi, mentalitas, dan cara beragama pun berubah pula.
Fenomena ini dapat coba kita kaji dengan memfokuskan pada pendekatan pendidikan nilai di Indonesia. Pendidikan pada umumnya sebagai suatu kegiatan dimana terjadinya proses pertukaran atau pertambahan ilmu seseorang atau lebih. Disadari atau tidak pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan suatu negara tertentu. Indonesia yang kaya akan semua sumber daya yang ada ( pertambangan, pertanian, maupun jumlah penduduk), perlu merasa malu akan keterpurukan yang menimpa negeri ini pada era kini.
Indonesia yang sarat potensi sebagai negara maju, yang sebenarnya tidak mungkin dapat disaingi, bahkan ditinggal oleh negara yang dirasa tidak “sekaya” Indonesia, kini telah terjadi. Malaysia, Singapura dan banyak negara berkembang lainnya, kini berkembang jauh melesat meninggalkan Indonesia. Yang terlihat dari Indonesia hanya beberapa kemunduran yang terus saja menghantui, seperti ; keluarnya Indonesia dari Organisasi negara produksi minyak dunia, meningkatnya jumlah penduduk miskin, rendahnya nilai tukar rupiah, dsb.
Merujuk ulasan diatas, dapat kita tarik benang kausalitas utama adalah pada pendidikan yang berlangsung di Indonesia, khususnya pendidikan nilai. Jika pendidikan berkembang sebagaimana yang diharapkan, fenomena- fenomena di atas tidak akan pernah muncul ke permukaan. Selalu akan ada upaya preventif maupun solusi yang kreatif dan inovatif. Sehingga sumber daya alam yang terkandung dalam bumi ibu pertiwi, benar- benar dapat dikelola secara optimal oleh SDM yang berkualitas.
Ditilik dari perkembangan pendidikan Indonesia sejak masa kolonial belanda hingga era modern kini, kualitas sumber daya bangsa kita sering tidak konsisten, meskipun fasilitas terus bertambah lengkap dan canggih. Fenomena ini telah kita alami, namun apakah telah kita sadari? Apa yang dapat kita lakukan dalam membenahi hal tersebut? Pertanyaan- pertanyaan ini akan kita jawab secara singkat mengenai ulasan berikut ini.
Pada masa kolonial belanda, pendidikan merupakan suatu hal yang eksklusif. Hal ini dapat kita amati langsung, karena pada era itu yang dapat bersekolah adalah mereka yang berasal dari kaum berada, ningrat, atau yang mempunyai kekuasaan tertentu. Sehingga mereka yang sebenarnya cerdas dan kreatif, namun karena lingkungan yang tidak mendukung, membuat berlian yang indah menjadi tidak tampak, karena tertumpuk dekil kotoran dan menjadi tidak berarti.
Setelah lepas dari penjajah, negeri kita terus berbenah di segala sektor kenegaraan, termasuk juga pendidikan. Sehingga mulai dibentuk dan diteruskanlah sekolah- sekolah guna mencerdaskan bangsa. Salah satu sekolah yang ada pada era itu adalah SR ( sekolah rakyat ). Walaupun fasilitas pada era itu sangatlah terbatas, namun kualitas yang dihasilkan sangatlah baik. hal ini disebabkan adanya niat yang kuat untuk memperbaiki nasib, dan kemauan yang kuat dalam menimba ilmu. Buktinya walaupun era itu buku terbatas ( bahkan belum menggunakan buku, tetapi menggunakan sabak ), sepatu dan seragam hanya beberapa siswa yang mengenakan, serta gizi masih belum diperhatikan dengan benar, namun hasilnya pada pertengahan tahun 1970-an, Indonesia menjadi salah satu negara yang diperhitungkan oleh negara lain dalam berbagai sektor.
Patut disesalkan perkembangan Indonesia tidak berjalan sesuai dengan yang diimpikan. Hal ini disebabkan berbagai momok, seperti; rasa cepat puas, keserakahan, budaya praktis, kemanjaan, mementingkan golongan dan diri sendiri, serta lebih mengutamakan hasil daripada menghargai sebuah proses yang berlangsung, telah menghantui dan menjadi suatu penyakit yang menghambat perkembangan Indonesia. Lihat saja pada era itu marak warga negara lain, seperti malaysia, singapura berbondong- bondong mencari ilmu di Bumi Pertiwi. Banyak guru maupun pekerja Indonesia yang diminta membantu negara lain, dan masih banyak dari sektor lainnya. Bandingkan dengan kondisi sekarang!!!!!!???
Kita yang lahir lewat masa kemerdekaan perlu sadar diri dan merasa malu, karena kita tidak dapat memberikan sumbangsih nyata kepada negara tercinta kita. Dengan berbagai perkembangan teknologi dan sarana komunikasi, mengapa malah membuat kita semakin manja, perkembangan terhambat, rasa nasionalis terdegradasi dan cenderung mendewakan materi??????
Terungkap banyak kasus pemalsuan ijazah sekolah para pegawai negeri maupun TNI serta POLRI, KKN, banyaknya pegawai negeri yang tidak menghargai upacara bendera ( seperti berjongkok, sampai menggunakan attribut tidak layak pakai dalam upacara bendera seperti helm,dsb ), dan pindahnya kewarganegaraan, serta banyak hal lainnya.
Hal ini tidak akan pernah teratasi jika struktur yang ada tidak benar- benar dibenahi di berbagai sektor. Dalam hal ini, kajian yang kita fokuskan lebih pada membenahi sektor pendidikan kita. Kita perlu belajar dari negara maju yang benar- benar mempedulikan dan memberi perhatian utama terhadap pendidikan. Seperti Australia, Amerika serikat, dll. Mereka cenderung menekankan kreativitas dan keberanian, bukannya menekankan pemahaman konsep seperti yang kita lakukan. Lagi- lagi perlu kita sesalkan karena ternyata sistem pendidikan kita tanpa kita sadari sebenarnya hanya mengajarkan meniru konsep yang telah ada. Sebaliknya di negara maju, bukan meniru konsep melainkan membuat dan menemukan konsep baru lebih diutamakan. Padahal jika kita lihat kembali potensi anak bangsa kita, sebenarnya tidak kalah jika dibandingkan dengan negara maju. Dari pendidikan SD saja terlihat jelas, anak bangsa kita telah menguasai berbagai konsep yang sebenarnya belum saatnya dikuasai. Sebaliknya di negara maju, sistem pendidikan SD mereka lebih bagaimana pembentukan pribadi yang berani, dan mampu berpikir imajiner. Perbedaan mencolok nampak pada kualitas segi pengajar, maupun bahan yang diajarkan. Pengajar SD mereka merupakan seorang proffesor ahli, dan tugas wajib bagi siswa adalah membaca novel dan menceritakan ulang. Sedangkan anak bangsa kita, hanya diajar oleh sarjana, ironisnya bahkan sarjana yang belum tentu lulus dengan murni, dalam arti tanpa kecurangan dalam proses pendidikan mereka. Serta cenderung menanamkan konsep yang pengajar kuasai walaupun konsep yang dikuasai sangatlah dangkal.
Dari uraian singkat di atas dapat kita simpulkan, KKN tercipta karena disuburkan oleh relasi-relasi yang mengutamakan ikatan batiniah emosional. Dan orang cenderung menilai sesuatu bukan lagi berdasarkan apa yang dibicarakan, melainkan lebih condong ke siapa yang berbicara. Meskipun perbuatannya buruk, tetapi bukan perbuatan ‘buruk’nya dikritik, melainkan memperhatikan siapa yang melakukan. Maka dalam usaha membenahi kondisi negara kita, hal utama yang menjadi perhatian adalah bagaimana upaya kita dalam membentuk pribadi yang inovatif, berani dan tahan uji yang terangkum dalam pendidikan nilai dengan melibatkan pendidikan moral untuk melihat baik-buruk dan pendidikan kecerdasan ilmiah untuk menempa kemampuan objektivif-rasional. Serta upaya mengkondisikan lingkungan yang kondusif dari segi pengajar, maupun fasilitas lainnya. Hal ini tidak akan pernah terwujud jika rasa cepat puas, keserakahan, budaya praktis, kemanjaan, mementingkan golongan dan diri sendiri, serta lebih mengutamakan hasil daripada menghargai sebuah proses yang berlangsung tetap menjadi perilaku yang membudaya. Perubahan akan terjadi jika adanya kesadaran dan upaya untuk merubah diri sendiri terlebih dahulu, sehingga memiliki kemampuan objektivif-rasional.

Minggu, 02 Agustus 2009

filosofi dokter gigi

tulisan ini semata-mata hanya untuk mereka yang suka tertawa sahaja......

pasti para pembaca juga telah mengikuti perkembangan jembatan yang paling populer di Indonesia.....mana lagi jika bukan jembatan SURAMADU.

Sempat menjadi bahan kelakar bagi banyak orang mengenai fenomena yang terkait dengan keberadaan jembatan tersebut....mulai dari rebutan pencetus ide, sampai pencurian besi jembatan itu sendiri....

disini kita coba fokus pada 1 fenomena yang akan melebar berkaitan dengan pembahasannya....

pembaca juga pasti mengetahui dokter gigi kan???? ya,,,dokter gigi sering kali ditakuti oleh anak-anak namun sangat dibutuhkan keberadaannya.....

ketika berbicara dengan kawan-kawan,,,cukup tergelitik ketika pencuri besi jembatan SURAMADU disamakan dengan dokter gigi....

kok bisa???

padahal dokter gigi begitu mulia....sedangkan pencuri besi itu??? sangat- sangat breng***.....bagaimana tidak, demi keuntungan pribadinya ia rela memperlambat laju pembangunan negerinya sendiri....disadari atau tidak, dengan keberadaan jembatan fenmenal ini pasti akan mempunyai dampak positif terhadap pertumbuhan perekonomian negara kita. ketika mulai terdapat peluang, pencuri itu membuat para penanam modal ketakutan dan pastinya akan memperlambat laju pertumbuhan itu sendiri....

setelah mendengar pernyataan kawanku,,,,,aku rasa cukup layak untuk aku ceritakan kepada para pembaca semuanya.....

cara kerja pencuri besi itu beroperasi layaknya dokter gigi....
mulai dari mengetahui letak penyangga besi sampai proses pencopotan besi itu...

bisa juga disamakan mulai dari pemasangan kawat gigi atau pencabutan gigi....

ketika gigi bermasalah sama dengan perekonomian bangsa kita,,,,,maka diambilah solusi yang tepat dari ragam solusi yang ada.....

ketika itu solusi yang diambil adalah membangun jembatan SURAMADU (pemasangan kawat gigi).....ketika proses pencanangan sampai dipasang rangka besi, kalo di dokter gigi itu kawat giginya......hingga menunggu waktu yang tepat untuk pelapasan kawat gigi tersebut setelah adanya hasil yaitu gigi kurang lebih sesuai dengan yang ditargetkan....


sama halnya dengan jembatan....ketika kelar diresmikan sesuai dengan jadwal yang ditargetkan.....maka mereka merasa mempunyai kewajiban untuk mencopot besi itu.....

yang lebih sangat disayangkan lagi,,,,jika pelaku berkata," aku turut membayar pajak....pajak untuk siapa??untuk aku juga kan????sama juga dengan jembatan,,,,jembatan dari uang siapa???dari uang aku juga kan????kok aku disalahkan dengan mengambil besi ku sendiri????? atau jangan2 mereka yang mempermasalahkan ini adalah kaum-kaum yang iri karena tidak punya ide kerja sambilan atau keahlian seperti ku??????"

ini baru gak jelas.....wkwkwkwkwkwkwkwkwkwkkwkw

Mengenai Saya

Foto saya
Surabaya, JATIM, Indonesia
Aq cuma mw belajar n belajar.... klo da yg menurut temen2 da yg kurang,,,tolong beri tw ya!!!!!