Selasa, 04 Agustus 2009

Hati Nurani Bangsa Menyambut HUT NKRI ke- 64

“Savoir Pour Prevoir!”, merupakan salah satu gagasan yang dapat memperbaiki keutuhan bangsa kita dan mengembalikan kedigdayaan Negara kita. Mengetahui sejarah ataupun hal-hal yang krusial dan mendasar, untuk dapat melihat serta bertindak menuju masa depan yang gemilang yaitu Indonesia Jaya!
Nusantara pernah Berjaya, menunjukan eksistensinya di mata dunia lewat ragam kerajaan yang ada didalamnya. Relasi yang ada didalamnya mengandung ke-khas-an darah Nusantara, yaitu ramah, empati yang mendalam dan guyup-rukun. Dunia lewat beberapa oknum merasa iri dan bukan tidak mungkin bahwa mereka dengan bodohnya merasa terancam dengan ke-erat-an hubungan di Nusantara. Sebagai tindakan lanjutannya adalah mengirim utusan untuk memecah belah dan jika beruntung harus dapat menguasainya entah dalam waktu dekat ataupun panjang.
Hal ini terbukti dengan kedatangan bangsa asing di tanah Nusantara. Kita coba merujuk di Negara kita saja, Inggris, Belanda, sampai Jepang pun pernah menguasai kita dengan memporak-porandakan pondasi khas kita yaitu empati yang mendalam dan guyup-rukun. Bangsa lain yang tidak tercatat secara terperinci pun (seperti cina, dsb) turut ambil bagian dalam memecah dan menghancurkan pondasi kita dengan kebudayaan dan faham khas mereka yang cenderung opportunis.
Kita beruntung memiliki tokoh besar seperti Ir. Soekarno dan tokoh lainnya yang secara mendalam sadar akan potensi bangsa kita. Berbagai upaya yang dilakukan untuk mengembalikan keutuhan dan kesatuan di bumi Nusantara ini. Salah satu klimaksnya adalah proklamasi kemerdekaan yang dikumandangkan 64 tahun yang lalu. Mengapa dikatakan salah satu klimaks, karena anti klimaks yang ada sangat memprihatinkan, dan kita sebagai anak bangsa Indonesia asli Nusantara perlu dengan sadar menunjukan dan melakukan segala daya dan upaya untuk tetap memperkokoh dan jika Tuhan menghendaki, lubang ataupun pengkroposan pondasi bangsa kita dapat kita tambal dan perbaiki hingga kita mampu berdiri kembali sebagai bangsa yang utuh dan kokoh.
Kita perlu berbangga akan kekayaan Sumber Daya Alam bangsa kita, maupun Sumber Daya Manusia yang ada. Namun perlu dan dirasa penting untuk merasa prihatin akan kenyataan yang didapati saat ini. Banyak SDA, bahkan atlit maupun orang pintar di Bumi Pertiwi ini berlarian menuju Negara lain. Ironis memang, bukan memperkaya bangsa sendiri dan memajukan Bumi Pertiwi yang telah mengandung, tetapi memperkaya diri sendiri, bahkan negeri lain dengan mengeksploitasi Bumi Pertiwi. Ini salah satu antiklimaks dari ragam antiklimaks sejak Proklamasi Kemerdekaan 64 tahun yang lalu.
“Rakyat tidak butuh dan tidak mau tahu kebijakan yang ada di dalam ataupun yang dilakukan pemerintahan, yang mereka butuh hanya bisa hidup tenang dengan terpenuhinya Sandang, Pangan, dan Papan.”, apakah pernyataan ini tepat????
Pernyataan di atas adalah salah satu upaya pengkroposan dan pembodohan bangsa kita sendiri. Bagaimana mungkin kebutuhan rakyat terpenuhi jika pemerintahan “bobrok dan cenderung oppurtunis” terus melenggang dengan leluasa. Kemudian apa yang bisa kita lakukan? Reformasi besar-besaran? Sadarilah kawan, reformasi yang cocok pada era-nya belum tentu relevan pada saat ini. Kemudian apa solusi yang ditawarkan? Hal ini akan menjadi jelas ketika pembahasan ini berakhir.
Ternyata belum cukup apa yang dirasakan saat ini. Upaya penggembosan dan pengkroposan pondasi kita terus merajalela. Apa yang mendasari pernyataan ini dapat kita amati apa yang terjadi saat ini disekeliling kita. Kawan jadilah seorang yang peka terhadap sekitarmu. Hal yang besar tidak akan terselesaikan bila hal kecil saja masih tersendat. Budaya korupsi maupun kolusi telah tertanam betul digenerasi pennerus bangsa ini. Boleh saja berkelit, namun bagi yang jujur pasti dapat menyadarinya. Coba kita tengok pendidikan, bagaimana institusi pendidikan kita sangat mengutamakan hasil. Tak pelak uang sogokan ataupun kecurangan tidak akan pernah bisa diberantas. Satu tertangkap masih akanterus bermunculan yang lain. Kita coba beralih ke bidang yang lain, bagaimana proses pemilihan Lurah ataupun perangkatnya, bahkan panitia peringatan Kemerdekaan NKRI yang ke 64 ini sendiri. Usaha tipu dan mencuri telah menjadi bagian kebudayaan kita. Apakah ini dapat dibanggakan???
Perombakan budaya ini perlu dilakukan, dan segera mengambil kebudayaan yang masih banyak tersimpan di Bumi Pertiwi kita yang relevan dengan kondisi saat ini. Salah satu budayawan Negeri ini pernah berkata,”Budaya Bumi Pertiwi yang saat ini tidak relevan dengan kondisi yang ada, belum tentu esok hari juga tidak relevan!” Menurut pernyataan singkat ini, setidaknya kita diajak menyadari akan pentingnya dan sangat kayanya budaya Bumi Pertiwi.
Isu actual yang saat ini tengah diperbincangkan banyak orang adalah kenaikan gaji pegawai negeri, ributnya pemilihan umum legislatif maupun presiden dan wakilnya, dan yang tidak boleh tertinggal adalah tindakan terror bom.
Saya dengan kapasitas seadanya, merasa sangat prihatin dengan keadaan yang ada. Mencoba mengkritisi hal yang pertama yaitu kenaikan gaji pegawai negeri. Setiap kebijakan memang normal terdapat pihak yang pro dan kontra. Namun coba kita refleksikan keberadaan ini. Apakah dengan kenaikan gaji ini kinerja semakin meningkat? Apakah dengan kebijakan ini dapat mencegah tindak curang ataupun kolusi dan korupsi? Dan yang lebih utama adalah apakah dengan kebijakan ini membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih cerah? Banyak argumentasi berkaitan dengan hal ini. Entah hanya merupakan bentuk mekanisme pertahanan diri demi keuntungannya sendiri atau hanya untuk menjatuhkan pihak yang lain demi kepentingan pihak tertentu. Mengapa bukan demi kepentingan Bangsa kita???!!!
Hal yang kedua berkaitan dengan pemilihan umum. Sadarkah kita, dengan makin maraknya perbincangan hal ini makin merendahkan penilaian bangsa kita di mata dunia???? Inikah representasi bangsa yang pernah diperjuangkan oleh Beliau yang sering kita kenang ketika upacara bendera?? Jika ingin benar-benar berbenah diri, banyak solusi sebenarnya yang ditawarkan oleh anak bangsa kita. Masalah DPT (daftar pemilih tetap), bukanlah masalah yang cukup serius jika budaya curang, kolusi dan korupsi tidak lagi menjadi bagian budaya bangsa kita. Meskipun masalah DPT teratasi dengan solusi pencatatan ulang seluruh penduduk Negeri ini dengan system komputerisasi yang sangat terperinci dari sidik jari sampai bentuk rambut, pasti akan muncul kembali permasalahan yang lebih polemic saat implementasi pemilihan umum masih menggunakan kebudayaan curang, kolusi dan korupsi!!!!!
Hal yang ketiga adalah tindakan terror bom. “Kemana saja badan intelejen kita????” ini yang sering diungkapkan oleh banyak orang. Namun kawan, kembali perlu kita sadari bersama terror bom tidak akan pernah ada di Bumi Pertiwi kita, jika kita kembali menegakkan budaya Nusantara yang luhur sebagai pondasi kita. Ada PANCASILA, ada UUD-1945, ini hanya representasi kecil dari Budaya Nusantara kita yang luhur jika kita mau peka dan sadar untuk mencari dan mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari pemakaman, mengapa perlu dibedakan pemakaman bangsa kita sendiri berdasarkan agama?? Bukankah tanah ini tanah seluruh bangsa Indonesia???? Apa arti semboyan Bhineka Tunggal Eka, jika implementasinya seperti itu???!!
Budayawan bangsa kita tak hentinya mengingatkan. “Mimpi besar ataupun kecil, semuanya layak dikejar dengan usaha yang layak. Berlomba dengan diri sendiri, hingga mampu meraihnya pada titik akhir.”, gagasan yang perlu kembali kita ingat adalah MEMBANTU TETANGGA SAMA DENGAN MEMBANTU DIRI SENDIRI, DAN MENJAGA KEUTUHAN KELUARGA SAMA DENGAN MENJAGA KEUTUHAN BANGSA DAN NEGERI KITA! Mari bersama kita majukan Bangsa kita dan kita tunjukan pada dunia bahwa INDONESIA AKAN SELALU JAYA!!!! MERDEKA!!!! SALAM PUTRA-PUTRI BANGSA!!!! MERDEKA!!!!MERDEKA!!!!!!

Tidak ada komentar:

Mengenai Saya

Foto saya
Surabaya, JATIM, Indonesia
Aq cuma mw belajar n belajar.... klo da yg menurut temen2 da yg kurang,,,tolong beri tw ya!!!!!